LINTAS DAPUWA

Headlines News :
Home » » PENGEBAB-2X MEMPENGARUHI KESULITAN BELAJAR SAYA SENDIRI DAN RENUNGKAN KEMABLI BAGAIMANA CARA MENGATASINYA

PENGEBAB-2X MEMPENGARUHI KESULITAN BELAJAR SAYA SENDIRI DAN RENUNGKAN KEMABLI BAGAIMANA CARA MENGATASINYA

Written By Unknown on Sabtu, 12 Desember 2015 | 08.27.00



SAYA SENDIRI DAN RENUKAN KEMABLI BAGAIMANA  CARA MENGATASINYA

Bandung Jawa Barat/ Majalah bintangdapuwamo/Mbd/....
Pantauan Perkemanagan Dunia Untuk mengatasi pendidikan
dan dunia Belajar,Perkembangan Dunia pendidikan mengartikan diagnosis kesulitan belajar sebagai segala usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis dan sifat kesulitan belajar. Juga saya mempelajari faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar serta cara menetapkan dan kemungkinan mengatasinya, baik secara kuratif (penyembuhan) maupun secara preventif (pencegahan) berdasarkan data dan informasi yang seobyektif mungkin.
Berkait dengan kegiatan diagnosis, secara garis besar dapat diklasifikasikan ragam diagnosis ada dua macam, yaitu diagnosis untuk mengerti masalah dan diagnosis yang mengklasifikasi masalah. Diagnosa untuk mengerti masalah merupakan usaha untuk dapat lebih banyak mengerti masalah secara menyeluruh. Sedangkan diagnosis yang mengklasifikasi masalah merupakan pengelompokan masalah sesuai ragam dan sifatnya.
Ada masalah yang digolongkan kedalam masalah yang bersifat vokasional, pendidikan, keuangan, kesehatan, keluarga dan kepribadian saya sindiri. Kesulitan belajar merupakan problem yang nyaris dialami oleh semua saya. Kesulitan belajar dapat diartikan suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu untuk menggapai hasil belajar semester 1 IPK  3,10 Keats tapi lama-kelamahan Turun 2,99. Itu pengebabnya apa.?
Faktor2x  Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ada dua faktor, pertama faktor internal yakni, keadaan/kondisi jasmani dan rohani saya dan kedua faktor eksternal, yakni kondisi lingkungan/di luar diri saya.

Faktor Internal (keadaan saya)
Faktor internal terdiri dari dua faktor, yakni:
a) Faktor fisiologis, yaitu meliputi segala hal yang berhubungan dengan keadaan fisik/jasmani individu seseorang,
dan pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Faktor tersebut meliputi kondisi fisik yang normal dan kondisi kesehatan fisik
Menurut Jhon dumupa, bahwa, “orang yang dalam keadaan segar jasmaninya berlainan belajarnya dari orang yang dalam keadaan kelelahan”. Anak-anak yang kekurangan gizi; mereka lekas lelah, mudah mengantuk, dan sukar menerima atau memperhatikan Mata kuliah tersebut.

 b) Faktor Psikologis. Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh karena itu, semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang. Faktor tersebut adalah:

1. Minat dan Usaha
Menurut Sdumupa  bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.
Inteligensi (kecerdasan)
Menurut Wechler dalam Dimyati dan Mudjiono, bahwa inteligensi adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik, dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Kecakapan tersebut menjadi aktual bila siswa memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan sehari-hari.
Bakat.

Disamping inteligensi, bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang dalam suatu bidang tertentu. Bakat adalah “salah satu kemampuan manusia untuk melakukan suatu kegiatan dan sudah ada sejak manusia itu ada”.
Motivasi.

Motivasi adalah “daya penggerak atau pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan, yang bisa berasal dari dalam diri dan juga dari luar”. Motivasi yang berasal dari dalam diri (intrinsic) yaitu dorongan yang datang dari sanubari, umumnya karena kesadaran akan pentingnya sesuatu atau dapat juga karena dorongan bakat apabila ada kesesuaian dengan bidang yang dipelajari. Motivasi yang berasal dari luar (ekstrinsik) yaitu dorongan yang datang dari luar (lingkungan), misalnya dari orang tua, guru/Dosen  teman-teman dan anggota masyarakat. Seseorang yang belajar dengan motivasi kuat, akan melaksanakan semua kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh, penuh gairah atau semangat. Sebaliknya, belajar dengan motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pelajaran. Jadi kuat lemahnya motivasi seseorang turut mempengaruhi keberhasilannya kita.

Konsentrasi Belajar.
Menurut dumupa, bahwa konsentrasi adalah “merupakan suatu kemampuan untuk memfokuskan pikiran, perasaan, kemauan, dan segenap panca-indra ke satu objek di dalam suatu aktivitas tertentu, dengan disertai usaha untuk tidak memedulikan objek-objek lain yang tidak ada hubungannya dengan aktivitas itu”.
Pemusatan perhatian (fokus) tertuju pada objek/isi bahan belajar maupun proses memperolehnya, dan tidak terpengaruh dengan sekelilingnya. Konsentrasi sangat mempengaruhi proses belajar seseorang, apabila konsen-trasi menurun tentu menggangu belajarnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Boy dalam Dimyati dan Mudjiono, mengatakan bahwa “kekuatan perhatian selama 30 menit telah menurun”. Ia menyarankan agar guru/dosen memberikan istirahat selingan selama beberapa menit.
Kematangan dan Kesiapan.

Kematangan merupakan suatu “tingkatan atau fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana seluruh organ-organ biologisnya sudah siap untuk melakukan kecakapan baru”. Misalnya siap anggota tubuhnya untuk belajar. Dalam konteks proses pembelajaran, kesiapan untuk belajar sangat menentukan aktifitas belajar siswa. Siswa yang belum siap belajar, cenderung akan berprilaku tidak kondusif, sehingga pada gilirannya akan mengganggu proses belajar secara keseluruhan. Seperti siswa yang gelisah, ribut (tidak tenang) sebelum proses belajar dimulai. Jadi kesiapan amat perlu diperhatikan dalam proses belajar mengajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik. Kesiapan juga erat hubungannya dengan minat.

2. Faktor Eksternal Siswa
a) Faktor Lingkungan Keluarga

Keluarga adalah “ayah, ibu, dan anak-anak serta family yang menjadi penghuni rumah”. Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama dalam menentukan perkembangan pendidikan seseorang, dan tentu saja merupakan faktor pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang tua adalah penanggung jawab keluarga. Dalam pendidikan keluarga menjadi suatu kebutuhan yang mendasar, sebab keluarga adalah awal dimana anak mengenal dengan orang lain dan dirinya sendiri, serta pertama-tama mendapatkan pendidikan, yaitu pendidikan yang diberikan oleh kedua orang tuanya dan merupakan kewajiban yang bersifat kodrati dan bersifat agama.
tersebut, jelas peran orang tua di lingkungan keluarga sangat memegang kunci. Kalau dari awal proses belajar dan perkembangan anak tetap tercurah oleh para orang tua, maka tercipta kondisi yang ideal bagi terwujudnya pola pikir anak ke arah pembelajaran yang baik

b) Faktor Lingkungan Sekolah
Sekolah adalah lembaga formal terjadinya proses belajar mengajar. Selain pendidikan dalam keluarga, pendidikan di sekolah diperoleh seseorang secara teratur, sistematis, bertingkat mulai TK sampai keperguruan tinggi.

Salah satu yang menunjang keberhasilan belajar seseorang di sekolah adalah:
1. Adanya kurikulum yang baik, yakni kurikulum sesuai dengan kemampuan siswa, sedangkan kurikulum kurang baik adalah kurikulum terlalu padat, di atas kemampuan siswa.
2. Sarana prasarana, yakni lengkapnya prasarana dan sarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik, karena adanya gedung sekolah dengan lengkap fasilitas belajar, seperti buku pegangan anak, ruang ibadah, laboratorium dan lain-lain. Jadi adanya kelengkapan fasilitas dan sarana dapat mempengaruhi kegiatan belajar anak. Anak didik dapat belajar dengan baik apabila suatu sekolah memenuhi segala kebutuhan belajar anak didik.

3. Tata tertib dan disiplin. Menurut Thursan Hakim bahwa salah satu yang paling mutlaq harus ada di Kampus untuk menunjang keberhasilan belajar adalah adanya “tata tertib dan disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten”. Disiplin tersebut harus ditegakkan secara menyeluruh, dari pimpinan sekolah yang bersangkutan, para guru, siswa sampai karyawan sekolah lainnya. Dengan cara inilah dapat mempengaruhi prestasi belajar para siswa. Sebaliknya apabila dalam suatu sekolah tidak ada tata tertib dan kedisiplinan maka proses belajar tidak berjalan dengan baik, dan akhirnya prestasi siswa pun kurang baik.

4. Guru/Dosen  adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Guru yang baik adalah guru yang profesional, mengajar sesuai dengan keahliannya. Apabila kurang ahli dalam bidang pelajaran tertentu, maka jadi sasarannya adalah siswa, yang kurang menguasai dengan materi. Jadi guru profesional di sini dalam interaksi belajar mengajar diantaranya adalah sebagai berikut:

c) Faktor Lingkungan Masyarakat
1. Kegiatan Mahasiswa  dalam masyarakat, yakni kegiatan s Mahasiswa  dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi kalau kegiatan Mahasiswa  terlalu banyak maka akan terganggu belajarnya, karena ia tidak bisa mengatur waktu.
2. Media Massa, yang dimaksud dalam media massa adalah bioskop, radio, TV, surat kabar, buku-buku, komik. Dan lain-lain. Media massa yang baik akan memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya. Sebaliknya media massa yang jelek juga berpengaruh jelek terhadap Mahasiswa .
3. Teman bergaul. Pengaruh dari teman bergaul Mahasiswa  lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman yang baik membawa kebaikan, seperti membawa belajar bersama, dan teman pergaulan yang kurang baik adalah yang suka begadang, pecandu rokok, minum-minum maka berpengaruh sifat buruk juga.
4. Bentuk kehidupan masyarakat, yakni apabila kehidupan masyarakat yang terdiri dari orang-orang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada anak yang berada dilingkungan itu.

Jadi dalam suatu diagnosis kesulitan belajar psti dapat di atasi dengan cara – cara yang memungkinkan untuk mengatasinya. Apakah kesulitan belajar dan bagaimanakah cara mengatasinya dan melalui apakah cara – cara yang tepat untuk mengatasinya?

a.Kesulitan Belajar
Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik Mahasiswa  yang beraneka ragam. Ada s Mahasiswa  yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula Mahasiswa  yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya.
Kesulitan belajar Mahasiswa  mencakup pengertian yang luas, diantaranya :
 (a) learning disorder;
(b) learning disfunction;
(c) underachiever;
(d) slow learner, dan
(e) learning diasbilities. Di bawah ini akan diuraikan dari masing-masing pengertian tersebut.

b. Diagnostik mengatasi kesulitan belajar
Belajar pada dasarnya merupakan proses usaha aktif seseorang untuk memperoleh sesuatu, sehingga terbentuk perilaku baru menuju arah yang lebih baik. Kenyataannya, para pelajar seringkali tidak mampu mencapai tujuan belajarnya atau tidak memperoleh perubahan tingkah laku sebagai mana yang diharapkan. Hal itu menunjukkan bahwa  Mahasiswa  mengalami kesulitan belajar yang merupakan hambatan dalam mencapai hasil belajar. Sementara itu, setiap Mahasiswa  dalam mencapai sukses belajar, mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. 
Ada Mahasiswa  yang dapat mencapainya tanpa kesulitan, akan tetapi banyak pula Mahasiswa  mengalami kesulitan, sehingga menimbulkan masalah bagi perkembangan pribadinya.

Menghadapi masalah itu, ada kecendrungan tidak semua Mahasiswa  mampu memecahkannya sendiri. Seseorang mungkin tidak mengetahui cara yang baik untuk memecahkan masalah sendiri. Ia tidak tahu apa sebenarnya masalah yang dihadapi. Ada pula seseorang yang tampak Univ  tidak mempunyai masalah, padahal masalah yang dihadapinya cukup berat.

Atas kenyataan itu, semestinya univ  harus berperan turut membantu memecahkan masalah yang dihadapi Mahasiswa . Seperti diketahui, unis  sebagai lembaga pendidikan formal sekurang-kurangnya memiliki 3 fungsi utama. Pertama fungsi pengajaran, yakni membantu Mahasiswa  dalam memperoleh kecakapan bidang pengetahuan dan keterampilan. Kedua, fungsi administrasi, dan ketiga fungsi pelayanan Mahasiswa , yaitu memberikan bantuan khusus kepada Mahasiswa  untuk memperoleh pemahaman diri, pengarahan diri dan integrasi sosial yang lebih baik, sehingga dapat menyesuaikan diri baik dengan dirinya maupun dengan lingkungannya.

Setiap fungsi pendidikan itu, pada dasarnya bertanggung jawab terhadap proses pendidikan pada umumnya. Termasuk seorang guru yang berdiri di depan kelas, bertanggung jawab pula atau melekat padanya fungsi administratif dan fungsi pelayanan siswa. Hanya memang dalam pendidikan, pada dasarnya sulit memisahkan secara tegas fungsi yang satu dengan fungsi yang lainnya, meskipun pada setiap fungsi tersebut mempunyai penanggung jawab masing-masing. Dalam hal ini, Dosen  atau pembimbing dapat membawa setiap Mahasiswa  kearah perkembangan individu seoptimal mungkin dalam hubungannya dengan kehidupan sosial serta tanggung jawab moral. Salah satu kegiatan yang harus dilaksanakan oleh guru dalam melaksanakan tugas dan peranannya ialah kegiatan evaluasi. Dilihat dari jenisnya evaluasi ada empat, yaitu sumatif, formatif, penempatan, dan diagnostik.
c. Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar merupakan upaya Dosen  untuk membantu Mahasiswa  yang mengalami kesulitan dalam belajarnya. Secara umum
d. Model Pembelajaran
Dalam mengimplementasikan Kurikulum Berbasis Kompetensi, E. Mulyasa (2003) mengetengahkan lima model pembelajaran yang dianggap sesuai dengan tuntutan Kurikukum Berbasis Kompetensi; yaitu :
(1) Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning); 
(2) Bermain Peran (Role Playing);
(3) Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning);
 (4) Belajar Tuntas (Mastery Learning); dan
(5) Pembelajaran dengan Modul (Modular Instruction). Sementara itu, Gulo (2005) memandang pentingnya strategi pembelajaran inkuiri (inquiry).
E. Mengatasi Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar merupakan masalah yang cukup kompleks dan sering membuat orangtua bingung mencari penyelesaiannya. Kesulitan belajar banyak ditemukan pada anak usia sekolah. Pola belajar anak, memang dibentuk saat di sekolah dasar. Sesuai dengan masanya ia mengalami perkembangan mental dan pembentukan karakternya. Di masa kini anak tidak hanya belajar menghitung, membaca, atau menghafal pengetahuan umum, tapi juga belajar tentang tanggung jawab, skala nilai moral, skala nilai prioritas dalam kegiatannya.
Masalah disiplin juga tidak kalah pentingnya. Mahasiswa  sejak kecil sudah harus ditanamkan disiplin. Jika, tidak sangat menentukan perkembangan karakter Mahasiswa  tersebut. Di dalam kebudayaan Bugis-Makassar ada istilah macanga-canga atau memandang enteng persoalan. Sering menunda-nunda jadwal belajar.
Dalam menghadapi perilaku anak seperti ini, dalalm artikel Ibu Anak disebutkan setidaknya ada tiga hal yang harus diperhatikan. Namun, sebelum memperhatikan hal tersebut, orangtua hendaknya tidak mudah jatuh iba sehingga mengambil alih tugas anak. Tentu dengan tujuan meringankan agar mereka bisa mengerjakan pekerjaan rumah misalnya.Sekali lagi orangtua tidak dianjurkan membantu anak dengan cara mengambil alih, tapi bagaimana menuntun anak agar pekerjaan rumah dikerjakan sendiri dalam situasi menyenangkan.

Kesulitan dalam pembelajaran atau belajar merupakan suatu hal yang sering ditemui oleh para pendidik, terutama guru. Sebagai upaya untuk memberikan terapi terhadap permasalahan kesulitan belajar maka dapat ditempuh melalui media klinik pembelajaran. Klinik Pembelajaran merupakan wadah bagi Dosen untuk melakukan serangkaian upaya yaitu kegiatan refleksi, penemuan masalah, pemecahan masalah melalui beragam strategi untuk meningkatkan ketrampilan dalam mengelola pembelajaran. Strategi utama yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas.

Karena Klinik Pembelajaran merupakan milik bersama para Dosen, maka tempat ini dapat digunakan dengan bebas untuk berdiskusi, melakukan refleksi atau merenung tentang proses pembelajaran yang telah dijalani, bersimulasi, misalnya bagaimana cara mengajarkan suatu konsep dengan menyenangkan, dan membuat catatan bersama-sama dengan teman sejawat. Di Klinik Pembelajaran, para supervisor akan membantu dalam melakukan berbagai kegiatan tersebut.

Dalam klinik pembelajaran analisis kesulitan pembelajaran dapat dilalui dengan identifikasi kesulitan belajar, mengadakan diagnosis kesulitan belajar, melakukan bimbingan dan konseling belajar, dan kemudian menetapkan model pembelajaran serta mengatasi kesulitan belajar.
Oleh : (Jhon Dumupa/MBD)


Share this post :

Posting Komentar

 
Support : tabloidjubi | papualive | suarawiyaimana
Copyright © 2011. BINTANGDAPUWAMO - All Rights Reserved
Template Created by papuabaratprov Published by merdeka
Proudly powered by Blogger