TUGAS
MAKALAH
SEMINAR DAN MSDM
(MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA)
(MOTIVASI)
DI
S
U
S
U
N
OLEH
KELOMPOK 12 :
1. JHONY.R.PINIMET (C1130485)
2. ILAU KUM (C1130484)
3. YOHANES DUMUPA (C1130494)
INSTITUT MANAJEMEN KOPERASI INDONESIA
IKOPIN TAHUN 2016/2017
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan perlindungannya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan makalah ini tepat pada waktunya, walaupun dalam
penulisan makalah ini penulis masih mengalami berbagai kesulitan tapi akhirnya
dapat terselesaiakan.
Dalam makalah ini penulis membahas mengenai Motivasi
kerja dan. Selesainya makalah ini bukan semata-mata atas usaha penulis sendiri
melainkan atas bantuan dan dorongan dari berbagai pihak untuk itu penulis
ucapkan terima kasih
Akhir kata penulis menyadari bahwa makalah
ini masih sangat jauh dari yang diharapkan untuk itu penulis selalu terbuka dan
menerima semua kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Bandung November 2016
Kelompok 7
DAFTAR
ISI
JUDUL..............................................................................................................
KATA PENGANTAR..........................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................
1.1 Latar Belakang...........................................................................................
1.2 Rumusan
Masalah......................................................................................
1.3 Tujuan
Penulisan.......................................................................................
1. 4 Manfaat Motivasi …………………………………………..…………………………..
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................
2.1 Pengertian Motivasi........................................................................................
2.2. Tujuan Motivasi............................................................................................
2.3. Manfaat Motivasi...........................................................................................
2.4. Jenis –jenis motivasi ...................................................................................
2.5. Asas-asas Motivafi.........................................................................................
2.6.
Metode
Motivasi...........................................................................................
2.7. Konsep Model Motivasi.................................................................................
2.8. Alat-alat Motivasi .........................................................................................
2.9. Proses Motivasi………………………………………….……....................................
2.10. Dasar-dasar Motivasi Kerja ………………………………………………………………………..
2.11. Faktor Motivasi
Kerja………………………………………………………………………………
2.12. Prinsip-prinsip Dalam Motivasi Kerja..............................................................
2.13. Karakteristik Motivasi dan berpretasi ..............................................................
2.14.
Motivasi kerja ……………………………………………………………………………
2.15. Taktik Mengatasi
Bawahan yang Tidak Loyal ……………………………………………….
2.16.
Bentuk - Bentuk Konflik Dalam Organisasi………………….………………………….
BAB .III.PENUTUP…………................................................................................
3.1 Kesimpulan.................................................................................................
3.2 Saran .........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
BAB.I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Motivasi
berasal dari kata latin “movere” yang berarti “dorongan atau daya penggerak”.
Motivasi ini sangat diperlukan seseorang dalam menjalankan segala aktivitasnya.
Dalam menjalankan hidup, seseorang memerlukan banyak motivasi agar ia dapat
menjalankan segala sesuatu yang dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Dalam dunia pendidikan, seorang anak memerlukan motivasi baik dari orang tua,
guru, maupun teman-temannya agar ia mampu meningkatkan prestasi belajarnya.
Hal ini pula yang dibutuhkan orang dalam dunia kerja. Seseorang hanya dapat bekerja dengan baik apabila ia mendapatkan motivasi kerja yang baik pula. Motivasi kerja tidak hanya bersumber dari dalam diri orang itu saja, melainkan memerlukan perpaduan baik dari diri sendiri, atasan, maupun lingkungan kerja itu sendiri. namun di balik semuanya itu, kita perlu mengetahui cara meningkatkan motivasi kerja karyawan. Sehingga kelak kita sebagai calon manajer masa depan bisa meningkatkan motivasi kerja kepada para bawahan kita.
Hal ini pula yang dibutuhkan orang dalam dunia kerja. Seseorang hanya dapat bekerja dengan baik apabila ia mendapatkan motivasi kerja yang baik pula. Motivasi kerja tidak hanya bersumber dari dalam diri orang itu saja, melainkan memerlukan perpaduan baik dari diri sendiri, atasan, maupun lingkungan kerja itu sendiri. namun di balik semuanya itu, kita perlu mengetahui cara meningkatkan motivasi kerja karyawan. Sehingga kelak kita sebagai calon manajer masa depan bisa meningkatkan motivasi kerja kepada para bawahan kita.
Perusahaan menginginkan pencapaian tujuan tanpa mengalami banyak kendala
dan kalaupun ada maka kendala yang dihadapi dapat diminimalisasi. Diantara
tujuan tersebut adalah tujuan memperoleh laba, memenangkan persaingan serta
memberikan kepuasan kepada stakeholder organisasi. Dalam kenyataanya, proses
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan ternyata bukanlah suatu hal yang
mudah dilaksanakan. Organisasi merupakan kumpulan dari berbagai faktor sumber
daya, baik sumber daya manusia, moral, teknologi, serta keterampilan. Dari
sekian banyak faktor dalam organisasi, yang memgang peranan penting adalah
faktor sumber daya manusia. Keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya
sangat tergantung pada bagaimana perusahaan tersebut mengelola dan mempersiapkan
menajemen sumber daya manusia yang dimilikinya.
Organisasi tersusun dari banyak individu dengan banyak motif dan
tujuannya. Apabila tejadi kesalahan dalam pengelolaannya maka akan menimbulkan
berbagai macam permasalahan. Diantara permasalahn yang timbul dari aspek sumber
daya manuisa adalah penurunan motivasi kerja. Motivasi kerja karyawan yang
sangat rendah apabila dibiarkan akan berpengaruh tehadap kinerja karyawan
tersebut yang pada akhirnya akan berimbas pada kinerja organisasi secara
keseluruhan.
Organisasi baik pemerintah mupun swasta senantiasa dihadapkan pada
berbagai masalah, diantaranya masalah dalam motivasi kerja karyawan yang
mempengaruhi perkembangan organisasi. Oleh karena itu, organisasi sangat
membutuhkan karyawan yang mempunyai motivasi yang tinggi dalam bekerja karena
seseorang yang mempunyai motivasi yang tinggi dalam bekerja akan memperoleh
hasil kerja yang optimal, sehingga suatu pekerjaan akan terselesaikan dengan
baik
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penyusun
merumuskan masalah sebagai berikut :
1.
Apa pengertian Menurut motivasi ?
2.
Apa Tujuan Motivasi.?
3.
Apa Manfaat Motivasi ?
4.
Jenis –jenis mitivasi ?
5.
Asas-asas Motivafi. ?
6.
Metode
Motivasi.?
7.
Konsep Model Motivasi .?
8.
Apa Proses
Motivasi
9.
Teori-Teori
Motivasi Menurut Para Ahli.?
10.
Prinsip-prinsip
Dalam Motivasi Kerja
11. Motivasi kerja
1.3.
Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk mengetahui lebih dalam tentang motivasi kerja Baik
Perisahaan maupun pemerintah, selain itu juga sebagai tolak ukur sejauh mana
motivasi kerja Baik Perisahaan maupun pemerintah mempengaruhi kinerja karyawan dalam
organisasi. Sehingga dapat menjadi acuan untuk meningkatkan kinerja karyawan,
kalau seandainya motivasi tersebut sudah ada di dalam lingkup organisasi. Dan
kalau belum ada maka diharapkan dengan adanya makalah ini dapat menjadi sumber
inspirasi untuk menciptakan kondisi organisasi yang bermotivasi.
BAB.II
Motivasi
2.1. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata movere yang berarti dorongan
atau menggerakkan. Motivasi (motivation) dalam manajemen hanya ditujukan
pada sumber daya manusia umumnya dan bawahan khususnya. Motivasi mempersoalkan
bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerja sama
secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan.
Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan,
menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan
antusias untuk mencapai hasil yang optimal. Motivasi semakin penting karena
manajer membagikan pekerjaan pada bawahannya untuk dikerjakan dengan baik dan terintegrasi
kepada tujuan yang diinginkan.
Perusahaan tidak hanya mengharapkan karyawan mampu, cakap dan terampil
tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat dan berkeinginan untuk mencapai
hasil kerja yang maksimal. Kemampuan dan kecakapan karyawan tidak ada artinya
bagi perusahaan jika mereka tidak mau bekerja giat.
Di bawah ini merupakan beberapa pengertian dari
motivasi Menurut para ahli yaitu:
a.
Abraham Maslow (1954)
b.
Herzberg (1923-2000),
c.
Malayu S.P. Hasibuan (2005:143).
d.
Anwar Prabu Mangkunegara (2007:93).
e.
Marihot Tua Efendi Hariandja (2002:321).
f.
T. Hani Handoko (2003:252).
g.
Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)
h.
Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG)
2.2. Tujuan Motivasi :
Ada pun Tujuan motivasi menurut Malayu S.P. Hasibuan (2005:146) adalah
sebagai berikut:
a.
Meningkatkan moral dan kepuasan
kerja karyawan.
b.
Meningkatkan produktivitas kerja
karyawan.
c.
Mempertahankan kestabilan
karyawan perusahaan.
d.
Meningkatkan kedisiplinan
karyawan.
e.
Mengefektifkan pengadaan
karyawan.
f.
Menciptakan suasana dan
hubungan kerja yang baik.
g.
Meningkatkan loyalitas,
kreativitas dan partisipasi karyawan.
h.
Meningkatkan kesejahteraan
karyawan.
i.
Mempertinggi rasa tanggung jawab
karyawan terhadap tugas-tugasnya.
j.
Meningkatkan efisiensi
penggunaan alat-alat dan bahan baku
k.
Mengefektifkan pengadaan karyawa
l.
Menikatkan kedisiplinan dan
menurunkan tingkat absensi karyawan
2.3. Manfaat Motivasi :
a.
Membangun Rasa Percaya diri
secara utuh
b.
Mencegah Sikap Putus asa Dan
Bunuh diri
c.
Mengubah Stress
d.
Mengubah Ketakutan manjadi
Kekuatan
e.
Mengikatkan Koyalitas Keryawan
f.
Mengubah sikap loyo menjadi
semangat
g.
Menghilangkan kebiasaan Buruk dan
rasa takut
h.
Memiliki kekuatan dan keberanian
Memulai Bisnis/investasi
i.
Peningkatan produktifitas dan
efektifitas karyawan
j.
Membuat karyawan lebih gairah dan
loyal pada perusahaan
Kendalah-kendala Motivasi kerja
karyawan :
a.
Untuk menentukan alat Motivasi
yang paling cepat,sulit karena setiap individu karwan tidak sama.
b.
Kemapuan perusahaan terbatas
dalam pengediaan fasilitas dan insentif
c.
Manajer sulit mengetahui motivasi
kerja setiap individu karyawan
d.
Manajer sulit utuk menberika
insentif yang adil dan layak.
2.4. Jenis –jenis motivasi :
Malayu S.P Hasibuan (2005:150) mengatakan bahwa jenis-jenis motivasi adalah sebagai berikut:
a.
Motivasi Positif (Insentif Positif)
Motivasi Positif adalah Manajer memotivasi
(merangsang) bawahan dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi di
atas prestasi standar
b.
Motivasi Negatif (Insentif
Negatif)
Motivasi Negatif adalah Manajer memotivasi
bawahan dengan standar mereka akan mendapatkan hukuman. Dengan motivasi negatif
ini semangat bekerja bawahan dalam waktu pendek akan meningkat karena mereka
takut dihukum, tetapi untuk jangka waktu panjang dapat berakibat kurang baik.
Dalam peraktek, kedua Jenis
Motifasi diatas yang sering di gunakan oleh suatu perusahan. Penggunaan harus
dapat dan simbang supaya dapat meningkat kerja pada karyawan,yang menjadi
masalah ialah kapan motivasi positif atau Motivasi Negatif dapat efektif merangsang gairah kerja Karyawan.motivasi
positif untuk jangka panjang sedangkan
motivasi Negatif efektif untuk jangka pendek.akan tetapi manajer harus
konsisten dan adil dalam menerapkannya.
22.5. Asas-asas Motivafi :
Asa-asas mitivasi ini mengungkap
asas mengikuti di sertakan ,komunikasi,penyakuan,wewenang yang
mengelesaikan,dan perhatikan timbal balik.
a.
Asas-asas Motivafi ini mencakup
Asas mengukut sertakan maksudnya adalah
mengjak bawahan untuk ikut ikut partisipasi dan memberikan kesempatan
kepada mereka pengajuan ide-ide rekomendasi dalam proses pemgambilan
keputusan.dengan cara ini, bawahan merasa ikut bertanggung jawab atas
tercapainya tujuan perusahaan sehingga moral dan gairah kerja akan meningkat.
b.
Asas Komunikasi
Asas komunikasi bermaksud adalah
menginformasikan secara jelas tentang tujuan yang ingin tercapai, cara
Mengerjakannya,dan kendala-kendala yang di hadapi. Dengan asas komunikasi ,
motivasi kerja bawahan akan meningkat sebab semakin banyak seseorang mengetahui
suatu soal,semakin besar pula minat dan perhatianya terhadap hal tersebut.
Jika seorang pemimpin secara nyata berhiktiar untuk senantiasa pemberian
informasi kepada bawahannya.
c.
Asas pengakuan
Asas pengakuan yang bermaksud adalah memberikan penghargaan dan pengakuan yang
tepat serta wajar kepada bawahan atas prestasi kerja yang di capainya.bawahan
akan bekerja keras dan makin rajin,jika mereka terus menrus mendapatkan
pengakuan dan kepuasaan dari usaha-usahanya.
Dalam memberikan pengakuan/pujian kepada bawahan hendaknya di jelaskan
bahwa dia patut menerima penghargaan itu, mereka prestasi kerja atau jasa-jasa
yang memberikan.pengekuan dan pujian harus di berikan dengan iklas di hadapan
umum supaya nilai pengakuan/pijian semakin besar.
d.
Asas wewenang yang delegasikan
Yang di maksud adalah asas wewenang yang di delegasikan yaitu pengelesaian
sebagian wewenang serta kebebasan karyawan untuk mengambil keputusan dan
berkereatifitas dan melaksanakan Tugas-tugas atasan atau manajer. Dalam
pendelegasian ini, manajer harus meyakinkan bawahan bahwa karyawan mampu dan di
percapaya dapat mengelesaikan tugas-tugas dengan baik.
Misalnya :
Dengan mengatakan suatu pekerjaan, saudara dapat mengambil keputusan sendiri bagaimana cara melakukan dengan ini
tindakan manajer menyatakan secara jelas bawahan itu cakap penting.
Asas ini akan mitivasi Moral /gairah bekerja bawahan sehingga semakin tinggi dan antusias.
e.
Asas perhatian Timbal balik
Asas perhatian Timbal balik adalah Motivasi bawahan dengan mengemukakan
keinginan atau harapan perusahaan di samping berusaha unutk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang di harapkan bawahan dari perusahaan.
Misalanya :
Manajer minta supaya karyawan meningkat prestasi kerjanya sehingga
perusahaan memberoleh laba yang lebih banyak.apabila laba yang semakin banyak,
balas jasa mereka akan naik. Jadi ada perhatian timbal balik untuk memenuhi
keinginan semua pihat. Dengan atas motivasi ini harapka prestasi kerja karyawan
akan miningkat.
2.6.
Metode Motivasi
Malayu S.P. Hasibuan (2005:149), mengatakan bahwa ada dua
metode motivasi adalah sebagai berikut:
a.
Motivasi Langsung (Direct
Motivation)
Motivasi langsung adalah motivasi (materiil
dan Non Materiil) yang diberikan secara langsung kepada setiap individu
karyawan untuk memenuhi kebutuhan serta kepuasannya, jadi sifatnya khusus,
seperti pujian, penghargaan, tunjangan hari raya, bonus dan bintang jasa.
b.
Motivasi Tidak Langsung (Indirect
Motivation)
Motivasi Tidak langsung adalah motivasi yang
diberikan hanya merupakan fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang
gairah kerja atau kelancaran tugas sehingga para karyawan betah dan bersemangat
melakukan pekerjaannya. Misalnya ruangan kerja yang nyaman, suasana pekerjaan
yang serasi dan sejenisnya.
Dari
beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan dalam
mengarahkan individu yang merangsang tingkah laku individu serta organisasi
untuk melakukan tindakan dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
2.7.
Konsep Model Motivasi :
Adapun beberpa Model motivasi
sebagai berkut :
1.
Model tradisional
Model ini mengemukakan bahwa untuk memotivasi bawahan agar garih kerjanya
meningkat,perlu di tetapkan sistem insentif, yaitu memberikan insentif
(uang/barang) kepada karyawan yang berprestasi baik.
Semakin banyak produksi semakin sebesar pula balas jasanya. Motivasi
bawahan hanya untuk mendapatkan insentif
(uang/barang) saja.
2.
Model hubungan manusia
karyawan Model ini mengemukakan bahwa untuk memotivasi bawahan supaya
gairah kerja meningkat adalah dengan mengakui kebutuhan sosial mereka dan
mereka yang mebuat dan mereka merasa berguna
dan penting. Sebagai akibatnya, karyawan mendapatkan beberpa kebesaran
membuat keputusan dan kebutuhan materil dan non materil karyawan motivasi kerja
akan meningkat pula. Jadi motivasi karyawan adalah karyawan dapat materil dan
non materil (jamak).
3.
Model Sumberdaya manusia (SDM)
Model ini mengatakan bahwa karyawan di motivasi oleh banyak faktor, bukan
hanya uang/barang dan keinginan-keinginan akan kepuasan, tetapi juga kebutuhan
akan pencapaian dan di kerjakan berarti. Menurut model ini karyawan cenderung
memperoleh kepuasan dari prestasi baik
karena merasa puas, melainkan karena termotivasi oleh rasa tanggung jawab yang
lebih luas untuk membuat keputusan dalam melaksanakan Tugas-tugasnya
2.8.
Alat-alat Motivasi
Alat-alat motivasi (daya
pemasang) yang di berikan kepada bawahan dapat berupa maeterian insentif dan
non materian insentif. Material insentif adalah motivasi yang bersifat materil
sebagai imbalan prestasi yang di berikan oleh karyawan. Yang termasuk material
adalah yang terbentuk uang dan barang-barang.
Non motivasi material adalah
motivasi (daya pemasang) yang tidak berbentuk materi,yang termasuk non material
adalah penempatan yang tepat,pekerjaan yang terjamin piagam penghargaan,bintang
saja,perlakuan yang wajar,dan se jenisnya.
2.8.
Proses Motivasi
Malayu S.P. Hasibuan (2005:151), mengatakan bahwa proses
motivasi adalah sebagai berikut :
a.
Tujuan
Dalam proses motivasi
perlu ditetapkan terlebih dahulu tujuan organisasi. Baru kemudian para karyawan
dimotivasi kearah tujuan.
b.
Mengetahui kepentingan
Hal yang penting
dalam proses motivasi adalah mengetahui keinginan karyawan dan tidak hanya
melihat dari sudut kepntingan pimpinan atau perusahaan saja.
c.
Komunikasi efektif
Dalam proses motivasi
harus dilakukan komunikasi yang baik dengan bawahan. Bawahan harus mengetahui
apa yang akan diperolehnya dan syarat apa saja yang harus dipenuhinya supaya
insentif tersebut diperolehnya.
d.
Integrasi
tujuan
Proses motivasi perlu
untuk menyatukan tujuan organisasi dan tujuan kepentingan karyawan. Tujuan
organisasi adalah needscomplex yaitu untuk memperoleh laba
serta perluasan perusahaan. Sedangkan tujuan individu karyawan ialah pemenuhan
kebutuhan dan kepuasan. Jadi, tujuan organisasi dan tujuan karyawan harus
disatukan dan untuk itu penting adanya penyesuaian motivasi.
e.
Fasilitas
Manajer penting untuk
memberikan bantuan fasilitas kepada organisasi dan individu karyawan yang akan
mendukung kelancaran pelaksanaan pekerjaan. Seperti memberikan bantuan kendaraan
kepada salesman.
f.
Team
Work
Manajer harus
membentuk Team work yang terkoordinasi baik yang bisa mencapai
tujuan perusahaan. Team Work penting karena dalam suatu
perusahaan biasanya terdapat banyak bagian.
Menurut Gitosudarmo (1986-77)
motivasi atau dorongan kepada karyawan untuk bersedia bekerja sama demi
tercapainya Tujuan bersama atau tujuan Perusahan Terdapat Dua macam yaitu : Motivasi Vinansial yaitu dorongan yang
di lakukan dengan Memberikan imbalan finansial kepada karyawan, imbalan disebut
Insentif
Non vinansial yaitu dorongan yang tidak di
wujudkan tidak dalam bentuk finansial, akan tetapi berupa hal-hal seperti
pujian penghargaan pendekatan manusiawi dan lain sebagainya.
2.9.
Dasar-dasar Motivasi Kerja
Pada
dasarnya motivasi dapat mamacu karyawan untuk bekerja keras sehingga dapat
mencapai tujuan mereka. Hal ini akan meningkatkan produkitvitas kerja karyawan
sehingga berpengaruh pada pencapaian tujuan perusahaaan., sumber motivasi ada
tiga faktor, yakni :
(1). Kemungkinana untuk berkembang,
(2). Jenis pekerjaan ,dan
(3). Apakah mereka dapat merasa bangga menjadi bagian dari perusahaan tempat mereka bekerja.
Di samping itu terdapat beberapa aspek yang terpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan, yakni:
(1). Kemungkinana untuk berkembang,
(2). Jenis pekerjaan ,dan
(3). Apakah mereka dapat merasa bangga menjadi bagian dari perusahaan tempat mereka bekerja.
Di samping itu terdapat beberapa aspek yang terpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan, yakni:
v Rasa aman
dalam bekerja,
v Mendapatkan
gaji yang adil dan kompetitif.
v Lingkungan
kerja yang menyengangkan,
v penghargaan
atas prestasi kerja dan perlakuan yang adil dari manajemen.
v Dengan
melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan,
v Pekerjaan
yang menarik menantang, kelompok dan
v Rekan-rekan
kerja yang menyenangkan,
v Kejelasan
akan standar keberhasilan,
v Bangga
terhadap pekerjaan dan perusahaan dapat menjadi faktor pemicu kerja karyawan.
Pada
dasarnya proses dapat digambarkan jika seseorang tidak puas akan mengakibatkan
ketegangan, yang pada akhirnya akan mencapai jalan atau tindakan untuk memenuhi
dan terus mencari kepuasan yang menurut ukurannya sendiri sudah sesuai dan
harus terpenuhi. Sebagai contohnya, beberapa karyawan secara regular
menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berbicara atau mendiskusikan sesuatu
di kantor, yang sebenarnya hanya untuk memuaskan kebutuhan sosialnya. Langkah
ini sebagai suat usaha yang bagus, namun tidak produktif dapat mewujudkan hasil
kerja atau target kerja.
2.10.
Faktor Motivasi
Kerja
Ada berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi munculnya motivasi kerja seseorang. Faktor merupakan suatu hal
(keadaan atau peristiwa) yang ikut menyebabkan atau mempengaruhi terjadinya
sesuatu. Berikut adalah berbagai faktor yang mempengaruhi Motivasi Kerja
seseorang:
a. Kesejahteraan.
Dapat
diartikan sebagai tingkat kesejahteraan perkerja tersebut. Berdasarkan
Habibi (2005) adanya jaminan dari sebuah perusahaan akan mempengaruhi motivasi
kerja karyawan. Hal ini dikarenakan adanya suatu perasaan aman yang dirasakan
oleh seorang karyawan dengan adanya kesejahteraan dari perusahaan berupa
jaminan asuransi, seperti jaminan sosial
b. tenaga kerja.
Adanya rasa keamanan ini cukup penting bagi
seorang pekerja. Rasa keamanan ini akan meringankan beban pikiran pekerja yang
sudah sibuk dengan pekerjaannya.
c. Penghargaan.
Seorang
pekerja akan lebih memiliki dorongan bekerja dengan adanya sebuah penghargaan
terhadap hasil kerjanya. Hal ini berpengaruh didalam dua sisi. Seorang pekerja
ingin mendapatkan sebuah penghargaan yang secara langsung menjadi motivasi
mereka untuk bekerja.
d. Lingkungan Kerja.
Lingkungan Kerja yang nyaman akan memberi
dorongan motivasi terhadap pekerjaan. Selain itu, adanya lingkungan kerja
tersebut akan memudahkan
e. pekerjaan mereka.
“Lingkungan kerja yang baik dapat mendukung
pelaksanaan kerja sehingga karyawan memiliki semangat bekerja dan meningkatkan
kinerja karyawan” (Analisa, 2011).
f. Masa Kerja.
Orang yang memiliki masa kerja yang lebih lama
cenderung lebih memiliki motivasi kerja dibandingkan pekerja baru. Berdasarkan
Seniati (2006) komitmen seorang pekerja akan meningkat seiring dengan
bertambahnya usia dan semakin lama mereka bekerja. Komitmen terhadap kerja
tersebut dapat kita kaitkan dengan adanya motivasi kerja dalam diri seseorang.
g. Tingkat
Pendidikan.
Seorang calon pekerja cenderung memiliki
keinginan untuk kerja yang lebih tinggi bila mereka memiliki pendidikan yang
mencukupi. Hal ini bisa dikaitkan dengan salah satu bagian didalam faktor
kesejahteraan. Seorang pekerja akan mendapat peningkatan motivasi kerja bila
memiliki rasa jaminan terhadap pekerjaan mereka. Pada hal ini, tingkat
pendidikan seseorang memiliki peran penting sebagai sebuah jaminan bagi
seseorang untuk mendapat pekerjaan dan menjamin pengertian terhadap fokus dari
suatu pekerjaan.
2.11.
Teori-Teori Motivasi Menurut Para
Ahli
Beberapa teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli yang bisa menjadi
sumber untuk perusahaan dalam memotivasi dan meningkatkan kinerja karyawannya
adalah:
1.
Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
Abraham Maslow (1954)
mengembangkan teori motivasi manusia
yang
tujuannya
menjelaskan segala jenis kebutuhan manusia dan mengurutkannya
menurut tingkat prioritas manusia dalam
pemenuhannya Yaitu :
1. Aktualisasi
diri: Dorongan untuk menjadi seseorang sesuai kecakapannya; meliputi
pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan diri sendiri.
2. Penghargaan:
Meliputi faktor-faktor penghargaan internal seperti rasa hormat diri, otonomi,
dan pencapaian, dan faktor-faktor penghargaan eksternal seperti status, pengakuan,
dan perhatian.
3. Sosial:
Meliputi rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan, dan persahabatan.
4. Rasa aman:
Meliputi rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik dan emosional.
5. Fisiologis:
Meliputi rasa lapar, haus, berlindung, seksual, dan kebutuhan fisik lainnya,
Kebutuhan-kebutuhan yang disebut kelima
(fisiologis) dan keempat (keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara
lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang
lainnya dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara
membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis
dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena
manusia merupakan individu yang unik.
Juga jelas bahwa kebutuhan manusia
itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat pskologikal, mental,
intelektual dan bahkan juga spiritual.
Berangkat dari kenyataan bahwa
pemahaman tentang berbagai kebutuhan manusia makin mendalam penyempurnaan dan
“koreksi” dirasakan bukan hanya tepat, akan tetapi juga memang diperlukan
karena pengalaman menunjukkan bahwa usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia
berlangsung secara simultan. Artinya, sambil memuaskan kebutuhan
fisik, seseorang pada waktu yang bersamaan ingin menikmati rasa aman,
merasa dihargai, memerlukan teman serta ingin berkembang.
Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan manusia digolongkan sebagai
rangkaian dan bukan sebagai hierarki. Dalam hubungan ini, perlu ditekankan
bahwa :
a.
Kebutuhan yang satu saat sudah
terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu yang akan datang;
b.
Pemuasaan berbagai kebutuhan
tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari pendekatan kuantitatif
menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya. Berbagai kebutuhan tersebut
tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya suatu kondisi dalam mana
seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan itu.
c.
Kendati pemikiran Maslow tentang
teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat teoritis, namun telah memberikan
fundasi dan mengilhami bagi pengembangan teori-teori motivasi yang berorientasi
pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.
1.
Herzberg (1923-2000), seorang psikolog asal Amerika Serikat,melihat
ada dua faktor yang mendorong karyawan termotivasi yaitu :
a.
faktor intrinsik yaitu daya dorong yang timbul dari
dalam diri masing-masing orang,
b. dan faktor ekstrinsik yaitu daya dorong yang
datang dari luar diri seseorang, terutama dari organisasi tempatnya bekerja.
Jadi karyawan yang terdorong secara
intrinsik akan menyenangi pekerjaan yang memungkinnya menggunakan kreaktivitas
dan inovasinya, bekerja dengan tingkat otonomi yang tinggi dan tidak perlu
diawasi dengan ketat.
Kepuasan disini tidak terutama dikaitkan
dengan perolehan hal-hal yang bersifat materi. Sebaliknya, mereka yang lebih
terdorong oleh faktor-faktor ekstrinsik cenderung melihat kepada apa yang
diberikan oleh organisasi kepada mereka dan kinerjanya diarahkan kepada
perolehan hal-hal yang diinginkannya dari organisasi (dalam Sondang, 2002 :
107).
Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.
Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.
Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.
Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.
Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori Herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang bersifat ekstrinsik
2.
Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2005:143).
”Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang
menciptakan kegairahan kerja seseorang
agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala
daya upayanya untuk mencapai kepuasan.
3.
Menurut
Anwar Prabu Mangkunegara (2007:93).
“Motivasi adalah kondisi yang menggerakan pegawai
agar mampu mencapai tujuan dari motifnya”.
4.
Menurut
Marihot Tua Efendi Hariandja (2002:321).
“Motivasi adalah faktor-faktor yang mengarahkan dan
mendorong perilaku atau keinginan seseorang”.
5.
Menurut T. Hani Handoko (2003:252).
“Motivasi adalah
keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk
melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan”.
6.
Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)
Dari McClelland dikenal tentang
teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang
menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan
seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi merumuskan
kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan :“ Melaksanakan sesuatu
tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi
obyek-obyek fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat
mungkin dan seindependen mungkin, sesuai kondisi yang berlaku. Mengatasi
kendala-kendala, mencapai standar tinggi. Mencapai performa puncak untuk diri
sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan
kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil.
Menurut McClelland karakteristik
orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu :
1)
sebuah preferensi untuk
mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat;
2)
menyukai situasi-situasi di mana kinerja
mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor
lain, seperti kemujuran misalnya; dan
3)
menginginkan umpan balik tentang keberhasilan
dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.
7.
Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG)
Teori Alderfer dikenal dengan
akronim “ERG” . Akronim “ERG” dalam teori Alderfer merupakan huruf-huruf
pertama dari tiga istilah yaitu : E= Existence (kebutuhan akan eksistensi), R=
Relatedness (kebutuhan untuk berhubungan dengan pihak lain, dan G= Growth
(kebutuhan akan pertumbuhan). Jika makna tiga istilah tersebut didalami akan
tampak dua hal penting. Pertama, secara konseptual terdapat persamaan antara
teori atau model yang dikembangkan oleh Maslow dan Alderfer. Karena “Existence”
dapat dikatakan identik dengan hierarki pertama dan kedua dalam teori Maslow; “
Relatedness” senada dengan hierarki kebutuhan ketiga dan keempat menurut konsep
Maslow dan “Growth” mengandung makna sama dengan “self actualization” menurut
Maslow. Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia
itu diusahakan pemuasannya secara serentak. Apabila teori Alderfer disimak
lebih lanjut akan tampak bahwa :
a.
Makin tidak terpenuhinya
suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya;
b.
Kuatnya keinginan memuaskan
kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah
telah dipuaskan;
c.
Sebaliknya, semakin sulit
memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk
memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar.
d.
Tampaknya pandangan ini
didasarkan kepada sifat pragmatisme oleh manusia. Artinya, karena menyadari
keterbatasannya, seseorang dapat menyesuaikan diri pada kondisi obyektif yang
dihadapinya dengan antara lain memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang
dicapainya.
8.
Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)
Ilmuwan ketiga yang diakui telah
memberikan kontribusi penting dalam pemahaman motivasi Herzberg. Teori yang
dikembangkannya dikenal dengan “ Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu faktor
motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”.
Menurut teori ini yang dimaksud
faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya
intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud
dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya
ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku
seseorang dalam kehidupan seseorang.
Menurut Herzberg, yang tergolong
sebagai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan
yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang
lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain
status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya,
hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang
diterapkan oleh para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam
organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.
Salah satu tantangan dalam
memahami dan menerapkan teori Herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat
faktor mana yang lebihberpengaruh kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang
bersifat intrinsik ataukah yang bersifat ekstrinsik.
9.
Teori Keadilan
Inti teori ini terletak pada
pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan antara usaha
yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang diterima. Artinya,
apabila seorang pegawai/karyawan mempunyai persepsi bahwa imbalan yang
diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu :
Seorang akan berusaha memperoleh
imbalan yang lebih besar, atau
Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Dalam menumbuhkan persepsi tertentu, seorang pegawai/karyawan biasanya menggunakan empat hal sebagai pembanding, yaitu :
Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Dalam menumbuhkan persepsi tertentu, seorang pegawai/karyawan biasanya menggunakan empat hal sebagai pembanding, yaitu :
a)
Harapannya tentang jumlah imbalan
yang dianggapnya layak diterima berdasarkan kualifikasi pribadi, seperti
pendidikan, keterampilan, sifat pekerjaan dan pengalamannya;
b)
Imbalan yang diterima oleh orang
lain dalam organisasi yang kualifikasi dan sifat pekerjaannnya relatif sama
dengan yang bersangkutan sendiri
c)
Imbalan yang diterima oleh
pegawai lain di organisasi lain di kawasan yang sama serta melakukan kegiatan
sejenis;
d)
Peraturan
perundang-undangan yang berlaku mengenai jumlah dan jenis imbalan yang
merupakan hak para pegawai Pemeliharaan hubungan dengan pegawai dalam kaitan
ini berarti bahwa para pejabat dan petugas di bagian kepegawaian harus selalu waspada
jangan sampai persepsi ketidakadilan timbul, apalagi meluas di kalangan para
pegawai. Apabila sampai terjadi maka akan timbul berbagai dampak negatif bagi
organisasi, seperti ketidakpuasan, tingkat kemangkiran yang tinggi, sering
terjadinya kecelakaan dalam penyelesaian tugas, seringnya para pegawai berbuat
kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan masing-masing, pemogokan atau bahkan
perpindahan pegawai ke organisasi lain.
10.
Teori penetapan tujuan (goal setting theory)
Edwin Locke mengemukakan bahwa
dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni :
1.
tujuan-tujuan mengarahkan
perhatian;
2.
tujuan-tujuan mengatur upaya;
3.
tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan
4.
tujuan-tujuan menunjang
strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan. Bagan berikut ini menyajikan
tentang model instruktif tentang penetapan tujuan.
11.
Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan)
Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation” mengetengahkan
suatu teori yang disebutnya sebagai “ Teori Harapan”. Menurut teori ini,
motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan
perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang
diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan
jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan
berupaya mendapatkannya.
Dinyatakan dengan cara yang
sangat sederhana, teori harapan berkata bahwa jika seseorang menginginkan
sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan
akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya,
jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk
berupaya akan menjadi rendah.
12
Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku
Berbagai teori atau model
motivasi yang telah dibahas di muka dapat digolongkan sebagai model kognitif
motivasi karena didasarkan pada kebutuhan seseorang berdasarkan persepsi orang
yang bersangkutan berarti sifatnya sangat subyektif. Perilakunya pun ditentukan
oleh persepsi tersebut.
Padahal dalam kehidupan
organisasional disadari dan diakui bahwa kehendak seseorang ditentukan pula
oleh berbagai konsekwensi ekstrernal dari perilaku dan tindakannya. Artinya,
dari berbagai faktor di luar diri seseorang turut berperan sebagai penentu dan
pengubah perilaku.
Dalam hal ini
berlakulah upaya yang dikenal dengan “hukum pengaruh” yang menyatakan
bahwa manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai konsekwensi
yang menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang mengibatkan perilaku
yang mengakibatkan timbulnya konsekwensi yang merugikan.
Contoh yang sangat sederhana
ialah seorang juru tik yang mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik dalam
waktu singkat. Juru tik tersebut mendapat pujian dari atasannya. Pujian
tersebut berakibat pada kenaikan gaji yang dipercepat. Karena juru tik
tersebut menyenangi konsekwensi perilakunya itu, ia lalu terdorong bukan hanya
bekerja lebih tekun dan lebih teliti, akan tetapi bahkan berusaha meningkatkan
keterampilannya, misalnya dengan belajar menggunakan komputer sehingga
kemampuannya semakin bertambah, yang pada gilirannya diharapkan mempunyai
konsekwensi positif lagi di kemudian hari.Contoh sebaliknya ialah seorang
pegawai yang datang terlambat berulangkali mendapat teguran dari atasannya,
mungkin disertai ancaman akan dikenakan sanksi indisipliner. Teguran dan
kemungkinan dikenakan sanksi sebagi konsekwensi negatif perilaku pegawai
tersebut berakibat pada modifikasi perilakunya, yaitu datang tepat pada
waktunya di tempat tugas.
Penting untuk diperhatikan bahwa
agar cara-cara yang digunakan untuk modifikasi perilaku tetap memperhitungkan
harkat dan martabat manusia yang harus selalu diakui dan dihormati, cara-cara
tersebut ditempuh dengan “gaya” yang manusiawi pula.
12.
Teori Kaitan Imbalan dengan
Prestasi.
Bertitik tolak dari pandangan
bahwa tidak ada satu model motivasi yang sempurna, dalam arti masing-masing
mempunyai kelebihan dan kekurangan, para ilmuwan terus menerus berusaha mencari
dan menemukan sistem motivasi yang terbaik, dalam arti menggabung berbagai
kelebihan model-model tersebut menjadi satu model. Tampaknya terdapat kesepakan
di kalangan para pakar bahwa model tersebut ialah apa yang tercakup dalam teori
yang mengaitkan imbalan dengan prestasi seseorang individu .
Menurut model ini, motivasi
seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat
internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah : (a) persepsi
seseorang mengenai diri sendiri; (b) harga diri; (c) harapan pribadi; (d)
kebutuhaan; (e) keinginan; (f) kepuasan kerja; (g) prestasi kerja yang
dihasilkan. Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara
lain ialah : (a) jenis dan sifat pekerjaan; (b) kelompok kerja dimana seseorang
bergabung; (c) organisasi tempat bekerja; (d) situasi lingkungan pada umumnya;
(e) sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.
2.12.
Prinsip-prinsip Dalam Motivasi
Kerja
Anwar P. Mangkunegara (2007:100), mengatakan bahwa terdapat
beberapa prinsip dalam memotivasi kerja karyawan adalah sebagai berikut:
1.
Prinsip Partisipasi
Dalam upaya
memotivasi kerja, pegawai perlu diberikan kesempatan ikut berpartisipasi dalam
menentukan tujuan yang akan dicapai oleh pemimpin.
2.
Prinsip Komunikasi.
Pemimpin
mengkomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha pencapaian
tugas, dengan informasi yang jelas, pegawai akan lebih mudah dimotivasi
kerjanya.
3.
Prinsip Pengakui Andil Bawahan
Pemimpin mengakui bahwa bawahan (pegawai)
mempunyai andil dalam usaha pencapaian tujuan. Dengan pengakuan tersebut,
pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya yaitu :
1.
Prinsip Pendelegasian Wewenang
Pemimpin yang memberikan otoritas atau wewenang kepada pegawai bawahan
untuk sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang
dilakukannya, akan membuat pegawai yang bersangkutan menjadi termotivasi untuk
mencapai tujuan yang diharapkan oleh pemimpin.
2.
Prinsip Memberi Perhatian
Pemimpin memberikan perhatian
terhadap apa yang diinginkan pegawai bawahan, akan memotivasi pegawai bekrja
apa yang diharapkan oleh pemimpin.
2.13. Karakteristik Motivasi
dan berpretasi
a.
Davit C. Mc. Cleland (1961-112) menemukakan 6
Karateristik orang yang mempunyai (motif)
berprestasi tinggi yaitu sebagai berikut :
ü Memiliki tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi
ü Berani mengambil dan memikut resiko
ü Memiliki tujuan yang realistik
ü Memiliki rencana kerja yang mengeluruh dan berjuang untuk
merealisasi tujuan
ü Memanfaatkan umpan balik yang kontrek dalam semua
kegiatan yang di lakukan
ü Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang
telah diprogramkan
Edward Murray
(1957) berpendapat bahwa karakteristik orang yang mempunyai (motivasi)
berprestasi tinggi sebagai berikut :
v Melakukan sesuatu yang sebaik-baiknya
v Melakukan sesuatu untuk mencapai kesuksesan
v Menyelesaikan tuga-tugas yang memerlukan usaha dan ketrampilan
v Berkeinginan menjadi orang terkenal atau menguasai bidang
tertentu
v Melakukan pekerjaan yang sukar dengan hasil yang
memuaskan
v Melakukan sesuatu yang sangat berarti
v Melakukan sesuatu yang lebih baik dari pada oran lain
v Menulis novel atau cerita yang bermutu
2.14. Motivasi kerja
Pada dasar seorang pemimpin perlu mengetahui dan memahami
perilaku pegawai setiap pegawai mempunyai motivasi dan kebutuhan tertentu
karena di puaskan dalam pekerjaan. Kebutuhan-kebutuhan yang di puaskan dalam
perkerjaan antara lain : Kebutuhan Fisologi,psiologi dan sosiologis. Dengan
mengetahui perilaku pegawai mengapa seorang mau bekerja serta kepuasan-kepuasan
apa yang di harapkan, maka bagi seorang pemimpin akan lebih mudah memotivasi
Bawahan.
Solusi masalah kekurang kemampuan dan kekurangan motibasi
perlu merumuskan dengan tepat :
1.
Bila motivasi rendah, kemampuan
rendah, maka kinerja akan rendah secara mengeluruh.
2.
Kempuan yang relatif rendah
tetapi motivasinya tinggi ada kemungkinan kinerja akan lebih baik dari pada
pegawai lain yang memiliki kemampuan tinggi tetapi motivasi rendah.
Adapun upaya
motivasi pegawai untuk meningkatkan kinerja yang harus di lakukan oleh
Sekretariat daerah antara lain :
1.
Pemimpin di level di mana pun
harus mendorong, mengerahkan, mempengaruhi, memotivasi bawahan agar kinerja
mereka meningkat.
2.
Pemimpin harus menglurkan,
memelihara perilaku pegawai dalam organisasi
3.
Pemahaman perilaku merupakan
Fungsi pemimpin Motivasi tepat
4.
Perlu bersedia sarana dan
prasarana dalam motivasi pegawai
5.
Terpenuhinya kebutuhan pegawai
baik kebutuhan primer maupun Sekunder
6.
Peraturan ,keputusan, kebijakan,
prosedur harus di ketahui dan di pahami pegawai agar palaksana Tugas dengan
sesuai dengan yang di harapkan
7.
Pengetahuan pola kinerja di
laksanakan Se efektif Mungkin.
2.15. Taktik Mengatasi Bawahan yang Tidak Loyal
Beberapa taktik mengatasi bawahan yang tidak loyal antara lain:
Beberapa taktik mengatasi bawahan yang tidak loyal antara lain:
v Beri keteladanan pada mereka, sikap dan
perilaku kita harus pantas menjadi contoh,
jangan pernah melakukan sesuatu yang tidak pantas di hadapan mereka;
v Bertindaklah adil jika kita terpaksa
memperlakukan istimewa terhadap satu atau
beberapa orang, berikan penjelasan mengapa ia berbuat begitu agar ia memahami;
v Menjaga perkataan kita terutama pada saat
marah, kata-kata yang menusuk hati tidak akan membuat
orang sadar tapi sebaliknya justru akan antipati pada kita.
BAB.III.
PENUTUP
Kesimpulan Dan saran
3.1.
Kesimpulan
Motivasi adalah kerelaan untuk mengeluarkan
usaha tingkat tinggi untuk mencapai sasaran organisasi. Dipersyaratkan oleh
kemampuan usaha tersebut memuaskan kebutuhan individu. Proses motivasi diawali
dengan kebutuhan yang tidak terpuaskan, yang menciptakan ketegangan dan
mendorong seseorng untuk mencari sasaran yang, bila tercapai, akan memenuhi
kebutuhan itu dan dan mengurangi ketegangan tadi.
Teori
hiraraki kebutuhan Maslow menyatakan bahwa ada lima kebutuhan yang orang
berusaha pusakan yang bentukanya berupa perkembangan bertahap: fisik, keamanan,
sosial, kepercayaan diri, dan aktualisasi diri.
penguatan
mengatakan bahwa perilaku adalah fungsi dari akibat. Perluasan kerja adalah
perluasan horisontal hingga meningkatkan jangkauan pekerjaan, jumlah berbagai
tugas yang dibutuhkan pekerjaan tertentu dan frekwensi penguatan tugas-tugas.
Dalam teori kesetaraan, individu memperbandingkan rasio input-hasil pekerjaan
mereka dengan rasio-input pekerjaan orang lain yang relevan. Teori pengharapan
mengatakan bahwa individu cenderung bertindak dengan cara tertentu berdasarkan
pengharapan bahwa tindakan itu akan diikuti hasil tertentu dan berdasarkan daya
tarik hasil tersebut bagi di individu itu.
3.2.Saran
Dengan adanya makalah ini, diharapkan memberikan
sumbang kepada para pembaca mengenai Motivasi Kerja. Dengan demikian pembaca
dapat mengantisipasi timbulnya konflik Atau kinerja karyawan sebelum terjadi.
Beberapa saran yang ingin disampaikan oleh penulis ialah hendaknya para pembaca
dapat menyikapi keadaan dengan bijak sehingga Kinerja Kerja pada karyawan akan
meningkat. diharapkan pembaca dpat menempatkan diri sehingga motivasi
Kerja itu tidak membawa dampak buruk oleh
sebab itu kinerja akan mingkay Melalui Motivasi yang sekian meluas.
DAFTAR PUSTAKA
1. Nasrul, Erdy. (2000). Pengalaman
Puncak Abraham Maslow. Ponorogo: Center for Islamic and Occidental
Studies CIOS-ISID Gontor.
2. G. Goble, Frank. (1992). Mazhab
Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham Maslow, terj The Third Force, The
Psycology of Abraham Maslow oleh Drs. A. Supratiknya. Yogyakarta:
kanisius.
3. Muhammad, Hasyim. (2002). Dialog
antara Tasawuf dan Psikologi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
4. Purbacaraka, Purnadi dan A.
Ridwan Halim. (1982). Hak Milik Keadilan dan Kemakmuran, Suatu
Tinjauan Falsafah Hukum. Jakarta: Ghalia Indonesia.
5. Sumber gambar: biography.com
6.
M.Manullah, Manajemen Personalia, Yogyakarta, Gadjah Mada University
Press, 2001.
7.
Veithzal Rivai, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Jakarta, PT.
Raja Grafindo , 2006
8.
M.Ma’ruf Abdullah, Manajemen Sumber Daya Manusia, Banjarmasin, Antasari
Press, 2007
9.
Bary Dessler, Manajemen Sumber Daya Manusia, Indonesia, PT Indeks
Gremadia, 2005
10. Iriani, N. I.
(2008). Motivasi intrinsik,
motivasi ekstrinsik, dan displin kerja pengaruhnya terhadap kinerja pegawai kantor dinas pendidikan Kabupaten Sambas.
Jarloaede, R. (2011). Pengertian motivasi kerja.
11. Kandary, A.
(2010). Meningkatkan motivasi kerja. Diunduh dari
12. Munawaroh. (2011). Definisi
motivasi
Posting Komentar